Banyak orang memanggilku Si Tua Pembual, namun tak
banyak pula anak-anak mereka memanggilku Si Tukang Cerita. Ya, karena sedikit
kepandaianku bercerita kisah-kisah lama maupun fiksi membuatku dijuluki begitu,
namun banyak juga yang mencibir keahlianku. Tapi mau gimana lagi? Aku hidup
dengan cerita, tak jarang aku bermimpi “Andai
saja aku bisa menyetting hidupku sedemikian rupa, dengan ending yang bahagia
laksana Kisah Malin Kundang. Eh bukan, maksudku Kisah Sang Pangeran Wortel.”
Ah andai saja. Oh iya lupa, perkenalkan namaku William S... “Shakespeare?!” Bukan tapi Sarjono.
William Sarjono, lengkapnya William Sarjono
Ilmu Politik. Itu Sarjana! Oke
abaikan.
Begini, untuk mengisi waktu luang di pagi hari
alangkah baiknya kita isi dengan sebuah cerita. Cerita lama yang mungkin
sebagian dari kalian sudah tahu akan kisahnya. Langsung saja, beginilah
ceritanya.
Alkisah, pada jaman dahulu kala di pelosok negeri
yang tak dikenal, lahirlah sesosok anak lelaki yang dinanti, namanya Heru Arya.
Dia terlahir menjadi nomer dua di hatinya keluarga Mr. Kusmiran dan Mrs.
Kusmiran. Terlahir dari keluarga biasa namun bahagia membuatnya berubah menjadi
sosok yang tak terduga. Kadang mendung, kadang cerah, kadang macet, kadang pula
banjir. Eh ini mah jakarta. Maap ketuker. Dan nama si anak lelaki itu adalah Heru
Arya. Heru Arya mendeklarasikan dirinya sebagai seorang Pangeran. Pangeran Wortel. Entah karena apa dan
karena siapa, dia tiba-tiba saja mengklaim dirinya sebagai seorang Pangeran. Pangeran
Wortel. Mungkin dia terinspirasi oleh Pangeran Bertopeng.
Kenapa dijuluki Pangeran Wortel? Karena dia punya
hobi menulis... INTERUPSI PAK!! Apa hubungannya gelar Pangeran Wortel sama
Hobi Menulis?! BENTAR JANGKRIKK! Ini baru mau aku ceburin ceritain. Pada
mulanya hobi menulis tak datang secara sengaja. Dia mulai suka menulis tatkala
dia jadi korban bullying anak-anak di kampungnya. Awalnya, semua tulisannya dia
tulis di buku diary kesayangannya yang dia kasih nama dengan nama Wortel. Kenapa wortel? Karena dia
sukanya sama wortel, mungkin kalo dia sukanya sama pacar orang mungkin jadinya
nama diary-nya jadi Pacar Orang.
Layaknya penyerang haus gol, dia begitu rajin
membombardir tiap helai lembar kosong di buku diary-nya dengan
curhatan-curhatan penuh bias laksana kisah picisan anak remaja masa kini.
Setelah bosan dengan buku diary-nya, dia mengalihkan targetnya pada yang lain.
Kali ini targetnya adalah Blog pribadi. Pada awal pembuatannya, dia membuat
blog laksana membuat kue cubit, kalo sudah bosan maka passwordnya dilupakan.
Begitu seterusnya. Sampai semua terhenti di tahun 2011. Entah dapat wangsit
darimana mendadak insting ilmu menulisnya kembali muncul. Nama blognya Ocehan Arya. Tapi emang, namanya juga
anak muda. Semua cuma berlaku sebentar saja laksana kisah cinta anak remaja,
begitu mudah terlupakan. Tak terasa dalam kurun waktu itu terjadi empat kali
pergantian nama.
Ocehan Arya à Sudut Lain
Seorang Penulis à Tuwor à Wortel Hidup à Tulisan Wortel
Setelah perundingan dengan banyak pihak, akhirnya
diputuskan bahwa tanggal 29 Januari 2012 sebagai hari lahirnya Tulisan Wortel. Ditulis dengan gaya
anak muda, rada aneh, serabutan, namun tetap menampilkan konten yang menarik
untuk dibaca Tulisan Wortel mulai melalang buana, terkenal seantero kampung.
Terkadang tak hanya menulis, dia juga sering menyelipkan naskah wawancara dalam
postingannya. Kapan ya aku bisa jadi
narasumbernya? Kenapa dikasih nama Tulisan Wortel? karena berdasarkan penjelasan
si empu-nya ternyata dia suka sama wortel. Kata dia, dia suka sama wortel dalam bentuk
apapun. Selain baik untuk kesehatan mata, dia juga menganggap bahwa wortel itu
punya sisi yang aku banget. Tulisan
Wortel tetaplah menjadi tulisan wortel seperti yang saat ini. Terdengar
layaknya sayuran, namun memiliki rasa sebuah pemikiran. Pemikiran anak muda
yang berjuta rasa. Rasa yang tersapu dalam satu kisah kasih yang tertulis dalam
sebuah blog. Blog Sang Pangeran Wortel yang bernama Tulisan Wortel.
Ya begitulah kisahnya. Mungkin
terdengar janggal, ngaco, ataupun tak menentu. Namun begitulah Tulisan Wortel.
Dampaknya begitu dahsyat, mengguncang seluruh negeri, mempengaruhi segala sudut
ruang hampa yang tak tembus udara.
Dengan ini saya putuskan untuk
mengakhiri hubungan kisah klasik ini sampai disini.
Sekian dan Terima kasih.
Menulis
itu mudah, yang sulit itu niatnya. Menjaga niat untuk menulis itu susah, tapi
menulis pake wortel jauh lebih susah. Berani beradu dalam pemikiran, berani
berpadu dalam setiap ketikan. Bukan dalam kebebasan aku temukan sebuah
pencerahan, tapi dalam sebuah wortel yang ku jadikan kudapan. Kudapan kata
dalam hentak jari yang tersentak dalam setiap detak waktu. Waktu yang berlalu
dan bermetamorfosis menjadi sesuatu yang baru. Layaknya sebuah Tulisan Wortel.
Tulisan kacau dalam dimensi sayuran. Terdengar janggal namun itulah
keunikannya.
Menulis tak selamanya dengan pena, menulis bisa dengan apa saja termasuk dengan wortel. Salam Wortel!
*NB:
Maafkanlah jika ngawur, berkomentar sebelum komentar itu diperbolehkan.
mampir gan http://sulapzank.blogspot.com/
ReplyDeleteoke makasih
DeleteAsekkk. Gue fokus banget baca quotenya. Karena termasuk penialian.
ReplyDeleteKeseluruhan cerita gue banget, nih. Tunggu aja, pengumumannya. :)
Terima kasih atas partisipasinya. :)
hahaha iya makasih juga pangeran
Deleteoke, salam wortel and good luck yes! :D
ReplyDeleteSukses wortelnya.
ReplyDeleteohh, tulisan wortel.. :)
ReplyDeletesaya cukup sering kayaknya main ke blog tulisan wortel...
mantepppp...
ReplyDeletesalam kenal ya ..
nanti, jangan lupa mampir ke blog MiQHNuR yaa...
katamiqhnur.com
Haha, dibikin dongeng mungkin bagus :D
ReplyDeleteGudlak ya buat GA-nya ^^
Semoga menang yaaa :D
ReplyDeleteWekekek, ada tampilan blog TulisanWortel pas zaman jebot. :D
ReplyDeleteBTW, sekarang TulisanWortel ganti konsep lagi.