Kalau berbicara banyak-banyak bisa
membuatmu mengerti, maka aku akan melakukannya. Melakukan semuanya dengan
caraku, cara yang berbeda. Cukup banyak yang aku tahu, mana yang aku tak tahu,
mana yang kamu mau, dan mana yang kamu tak tahu. Aku cukup tahu banyak akan
tentangmu, tapi apakah aku harus berkoar-koar kesana kemari agar kamu tahu, bahwa
aku cukup banyak tahu tentangmu, tentang banyak hal, tentang berita terbaru,
tentang hal yang kau anggap penting.
Aku bisa berbicara seharian tentang
berita, tentang berita terbaru yang tak kamu tahu. Menyampaikannya padamu
dengan sudut pandangku, dengan caraku, caraku yang kau anggap aneh itu. Aku
suka musik, aku tahu segala jenis musik, tapi sayangnya aku tak cukup mahir
dalam memainkan alat musik, yang aku tahu soal musik hanya soal musik apa saja
yang jadi favoritmu, jadi kesukaanmu. Aku bisa memberimu petunjuk, tentang
semua jenis lagu yang mana cocok akan suasana hatimu, mana yang cukup bagus
untuk mendongkrak semangatmu, dan mana yang cocok untuk sekedar menyingkirkan
awan mendung hatimu, aku tahu lagu yang cocok untukmu. Tapi, apakah kamu mau berhenti
sejenak, dan mendengarkan semua saranku?
Aku bisa bicara seharian tentang segala
mimpimu, segala mimpu yang kita rangkai bersama dulu. Di bangku ini, di kursi
ini, di taman kota ini. Di tempat kita saling bertemu sekedar untuk menyanyikan
satu persatu lagu dengan latar langit malam kota yang jadi favoritmu. Maukah
untuk sekedar mengingatnya lagi, mengingat kembali remah-remah kenangan masa
lalu, perihal semua tentang usaha kita yang saling bahu-membahu mewujudkan
semuanya. Aku bisa berbicara semalaman tentang politik, tentang satu hal yang
tak kamu mengerti. Membahas semua tentang korupsi, tangan-tangan kotor yang
mencoba menjadi bersih, mencuci tangan lewat kran-kran birokrasi dengan uang
sebagai pembersih utamanya. Tapi, apa yang aku bisa katakan? Semua yang aku
katakan olehmu dianggap hanya angin lalu, hanya bagian dari sebuah hal yang klise.
Dan dari apa yang aku lihat dan aku dengar, semua menjadi tak berarti di
hadapanmu, tanpa makna, tanpa kata-kata.
Aku bisa bicara banyak hal tentang
kehidupan, tentang bagaimana kehidupan terus berjalan meskipun sudah begitu
banyak perang, dan bagaimana kita semua masih hidup setelah masa perang
berlalu. Aku bisa berbicara sepanjang malam tentang dunia, tentang bagaimana
aku butuh waktu tiga puluh tahun hanya untuk menemukan satu gadis. Aku bisa
menyingkirkan semua omong kosong tentang pencarianku, pencarian tentang satu
gadis itu yang ternyata tak lain dan tak bukan adalah dirimu. Tepat di depan mataku,
dan itu kamu. Tetapi ketika aku mencoba untuk mengatakannya, kau anggap semua
seperti sesuatu yang tak pernah kamu dengar. Membuatku merasa bahwa semua itu
tak ada maknanya, tak ada artinya, menjadikanku kehabisan kata-kata. Membuatku
tanpa kata-kata.
Ya, aku bersumpah bahwa ini benar. Tidak
ada kata yang tepat di dunia ini untuk menggambarkan tentang dirimu.
Percayalah, aku sudah mencoba menjelaskannya lewat ilmu pengetahuan, tapi tak
bisa. Sekiranya saja, melihat sosokmu dalam benakku sudah cukup untuk membuat
mulutku beku, lidahku terasa kelu, dan seketika diam mati kutu. Kamu, sosok
gadis yang mampu membuatku mencinta sekaligus membenci dalam satu waktu. Menjadikanku
ragu sekaligus siap untuk maju. Kamu adalah aku, aku adalah kamu, begitulah
katamu dulu, kata-kata yang terucap di depan pantulan kaca. Kamu, sosok yang
membuatku ada dan tiada. Kamu, sosok gadis yang membuatku banyak berucap
sekaligus menjadi diam senyap. Satu kata, sebaris kata, sejuta kata, apapun itu
di depanmu menjadi tak berguna, menjadi tak ada artinya, membuatnya tanpa makna,
menjadikanku tanpa kata-kata. Di depanmu aku bagai prosa tanpa makna, tulisan
tanpa kata-kata.
Yeah, I swear this much is
true, There are no word in this world that describes you.
The Script - No Words
*Untuk bahan tulisan tersebut, sebagian
kata aku ambil dari lirik lagunya The Script – No Words. Dan sebagian
kata-kata yang lainnya aku tulis dengan kata-kata sendiri*
Sabar, Gan. Mungkin dia bukan lawan bicara yang tepat dan seimbang dengan kamu.. :)
ReplyDeleteBaru sadar kalo dikomentarin sama temennya Zuck dan Linn :')
DeleteKarna memang, nggak semua bisa diwakilkan dengan kata-kata. Seperti... saat mendiskripsikan pasangan yang sangat dicinta. Tak cukup dengan sebaris puisi atau sebait do'a. :')
ReplyDeleteduh dalemnya kak :')
DeleteGue seneng banget ma ni lagu,, jleb banget,,
ReplyDeleteBtw mungkin ente keseringan stalking doi gan, haha
Salam kenal
Xapinos.blogspot.com
hahaha salam kenal kakak
DeleteYang bagian ini "Di depanmu aku bagai prosa tanpa makna, tulisan tanpa kata-kata." ckck kasian-kasian. Tapi dibikin enjoy ajalah semuanya
ReplyDeleteitu mah lirik lagu doang kakak hahahaa
DeleteGue baru tahu lagu The Script yang itu. Thanks, Fan. :D
ReplyDeleteYah, terkadang untuk bahagia kadang nggak perlu dijelasan lewat apa-apa. Termasuk tanpa kata-kata.
hahha bungkus aja yog!
Deleteakkk gue suka sama lagu ini, apalagi ngedengerinnya sambil baca potingan ini, jadi berasa bikin spechless aja.
ReplyDeletemembenci dan mencinta dalam satu waktu < ah gue banget nih :X
aduh makasih makasih :D
DeleteKak Fan, aku suka sekali dengan tulisan ini. Rasanya mengingatkanku sama kejadian serupa beberapa tahun lalu. Mirip, haha. *brb unduh lagunya*
ReplyDeletehahaha makasih kak uni...
DeleteBagus. 30 tahun bukan waktu yang sebentar. Saya mengalaminya.
ReplyDeletewah ....
Deletenice written (yet sad and touched). aakkk! *nomorecomments*
ReplyDeleteDuh postingan ini...semangat kak!
ReplyDelete