Tidak ada keluarga yang sempurna, tapi bagi saya, keluarga adalah tempat terbaik untuk kembali. Kembali dari tanah rantau, untuk menata diri, untuk menjaga tali silaturahmi, agar tetap terjaga dan terajut rapi.
Tidak ada keluarga yang sempurna, tapi bagi saya, keluarga adalah tempat terbaik untuk kembali. Kembali dari tanah rantau, untuk menata diri, untuk menjaga tali silaturahmi, agar tetap terjaga dan terajut rapi.
Tengah Malam,
Terlalu banyak pikiran yang tidak bisa ditangguhkan ketika kehilangan pekerjaan. Apalagi hal itu terjadi di tengah pandemi. Kehilangan pekerjaan sungguh menyakitkan, tidak bisa dibayangkan jika hal itu bisa memberi bekas yang begitu dalam. Dibandingkan dengan kehilangan kekasih di masa muda, kehilangan pekerjaan di saat-saat seperti ini terasa jauh lebih menyesakkan. Kehilangan pekerjaan dan proses mencari pekerjaan bisa membuat isi kepala berputar setiap harinya. Tidak jarang, hal itu menciptakan perasaan insecure pada diri sendiri, dan menjadikannya overthinking yang berlebihan ketika menyadari bahwa sampai saat ini surat lamaran pekerjaan tidak kunjung mendapatkan balasan.
Sebelas dua belas, berjarak tidak lebih dua puluh empat jam. Terarak begitu banyak beban yang mengusik pikiran, perihal berbagai macam keluhan yang tak sempat ditunjukkan. Kepada dunia, kepada mereka, yang menganggap semua tampak baik-baik saja. Tidak banyak yang tersisa, di hari dia bertambah usia, kecuali sejumput harapan yang dia kumpulkan secara perlahan, dari tiap remah-remah kenyataan yang tak kepalang tanggung membuatnya berpikir sebelas dua belas kali lebih banyak dari biasanya. Tidak banyak yang tersisa, tapi tidak apa, yang terpenting masih ada sisa. Sisa-sisa harapan yang bisa dia bangkitkan selayaknya foniks yang bangkit dari abu.
Minggu pertama di bulan Maret, tidak banyak yang terjadi, hanya ada sedikit jeda yang tercipta oleh kata demi kata yang terangkai menjadi sebuah cerita, cerita yang telah lama usai. Tidak banyak yang perlu diperdebatkan, tidak perlu dipermasalahkan, semua orang punya cerita-cerita lama. Tidak bisa dilupakan tidak bisa diabaikan, semuanya melekat erat pada ingatan. Banyak yang menolak lupa, banyak pula yang menolak ingat, semuanya sama saja. Menjaga cerita-cerita itu tetap di kepala, selamanya. Kecuali, jika dirimu terkena amnesia.
Perkembangan teknologi yang semakin maju, memberi kemudahan bagi setiap manusia untuk menjalani kehidupannya. Kemajuan teknologi menawarkan banyak kemudahan yang bisa dimanfaatkan, seperti munculnya berbagai situs dan aplikasi pendidikan online yang mengajarkan berbagai kaidah ilmu. Ilmu yang ditawarkan tidak hanya soal ilmu materi saja, namun juga ilmu softskill yang sangat berguna bagi kehidupan ataupun untuk keperluan pekerjaan, salah satunya adalah Skill Academy.
Apa itu SkillAcademy?
Skill Academy adalah salah satu program milik Ruangguru yang mana di dalamnya terdapat berbagai pembelajaran materi tentang skill yang berkaitan dengan proses peningkatan kemampuan profesional seseorang. Skill Academy memiliki beberapa kelas yang berkaitan dengan berbagai bidang kajian profesional. Seperti tentang bagaimana strategi penjualan, bagaimana strategi digital marketing, bagaimana tips dan trik dalam merangkai kata untuk meningkatkan penjualan, ada pula kelas yang menawarkan tentang bagaimana mengolah dan menganalisis data menggunakan Microsoft Excel.
Semuanya bermula, pada suatu hari ketika aku mendapatkan undangan wawancara kerja di Bekasi.
Pada awalnya, aku sangat ketakutan ketika melihat segala kekacauan yang ada di kepalaku. Kekacauan yang ditimbulkan oleh kenyataan, perihal hasil Test Antigen yang mengatakan bahwa aku reaktif Covid-19. Dan, harus segera melakukan Test Swab untuk memastikan semuanya. Pada titik ini, tidak ada lagi yang bisa aku harapkan dari rencana pulang kampung untuk menikmati waktu liburan akhir tahun, karena kemungkinan untuk mendapatkan hasil swab negatif itu seperti mengharapkan ayam mengeong, mustahil. Tapi, bagaimana lagi? Karena memang begitulah prosedurnya, siapa saja yang akan menggunakan moda transportasi publik diharuskan memiliki bukti hasil test antigen negatif.
Tidak ada yang bisa dijelaskan lagi, ketika hasil swab keluar. Dan, memang benar adanya, hasilnya menunjukkan bahwa aku positif Covid-19. Tidak ada yang bisa aku jelaskan lagi, perihal apa yang ada di kepalaku saat itu. Segalanya hening, segalanya sunyi, bahkan kekacauan yang timbul di hari kemarin setelah melihat hasil test antigen pun tidak ada lagi. Aku tidak merasakan apa-apa. Bahkan keinginan untuk menangis pun tidak ada. Segalanya hening, segalanya sunyi, segala kosong. Sampai kekosongan itu tergantikan oleh suara isak tangis istri, yang terdengar dari ruang tamu. Ya, sembari menunggu hasil swab keluar, aku dan istri sudah jaga jarak, tidur pun terpisah. Sungguh Demi Neptunus, pedih sekali melihat istriku menangis karena melihat hasil swabku yang positif Covid-19. Hati kian pedih, tatkala harus menerima kenyataan bahwa aku tidak bisa memeluk istriku, sekedar untuk menenangkannya dan menghiburnya. Puji syukur, hasil swab istriku itu negatif. Jadi, hanya aku saja yang positif Covid-19.