Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Wednesday, March 30, 2016

Sebuah Cerita: Pengalaman Pertama Antara Saya dan MyJNE

Bagi sebagian orang belanja secara online adalah sesuatu yang biasa. Namun tidak bagi saya, pengalaman saya belanja secara online tak beda jauh dengan pengalaman cinta yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Entah kenapa saya lebih menyukai pembelian secara konvensial, secara langsung bertemu dengan pembelinya, melihat barangnya, dan segera membayarnya. Rasa percaya bagi saya adalah segalanya.
Aplikasi JNE

Semuanya segera berubah di Bulan Maret Tahun 2016, untuk kali pertama saya melakukan pembelian secara online. Ya secara online, awalnya sih dag-dig-dug, antara penasaran, cemas, khawatir sekaligus bercampur takut. Takut kalau cintanya tak terbalas, barangnya tak sampai tujuan. Tapi untungnya ada JNE, Perusahaan besar yang sudah terpercaya dalam hal pengiriman rindu barang dan logistik. Terpercaya karena selalu tepat sasaran dan tepat waktu dalam proses pengiriman. Sekiranya jika Dewa Asmara kebingungan dalam proses pengiriman cinta kepada tiap hati manusia, mungkin saya bisa menyarankan dia untuk menggunakan jasa pengiriman lewat JNE. Dijamin tepat sasaran.

Read More

Sunday, March 27, 2016

Book Review: Supernova, Inteligensi Embun Pagi

Judul: Supernova Episode: Inteligensi Embun Pagi
Pengarang: Dee Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka
ISBN: 978-602-291-131-9
Tahun Terbit: 2016
Tebal Buku: 710 Halaman.


Supernova Episode : Inteligensi Embun Pagi
Akhirnya, episode terakhir dari serial buku Supernova karya Dewi “Dee” Lestari akhirnya terbit juga. Saya mulai mengikuti novel Supernova dari sekuel pertama di tahun 2010-an. Dan mulai tahun 2012 saya mulai mencari dan mengoleksi setiap seri Supernova. Dan akhirnya, Sekuel Supernova yang terakhir berjudul “Inteligensi Embun Pagi” mendarat dengan manja di lemari buku di kamarku untuk melengkapi koleksi buku-buku Supernova yang sudah ada. Supernova sendiri terdiri dari 99 keping, yang terbagi dalam 6 buku serial Supernova. Untuk kali pertama, saya akan mencoba melakukan review buku, dan Supernova Inteligensi Embun Pagi adalah buku pertama yang akan saya review.
“Manusia itu ngomong A, padahal B. Mukanya bikin C, padahal di hatinya D. Tujuannya E, tapi mutar-muter dulu sampai Z. Bahasa itu kan, gunanya buat jadi topeng. Manusia belum sanggup transparan. Itulah efek kelamaan pikun.” ~ Pak Kastunut, Halaman 415.

Read More

Friday, March 18, 2016

Senja di Bulan Juni

Senja di Bulan Juni, tampak begitu indah semburatnya. Pesonanya yang selalu aku suka sejak pertama kali berjumpa. Laksana candu yang membuatku ketagihan selalu. Tiada hari tanpa melihatmu, tak peduli sedang turun hujan ataupun turun salju. Dimana aku melihat langit, disitu aku selalu teringat akan sosokmu, sosok senja yang seolah mengingatkanku pada sosokmu. Sosok yang dulu selalu ada untukku, bersama menatap senja dan menghabiskan secangkir kopi madu, kesukaanmu, kesukaanku, kesukaan kita dahulu.

Senja di Bulan Juni, awal bulan di hari yang tak sengaja. Tak sengaja kenapa aku berhenti di tempat itu, kafe pinggir kota yang menghadap langsung ke arah cakrawala. Kafe Senja, begitulah orang menyebutnya. Entah karena apa, awalnya aku tak tertarik untuk mendatanginya. Namun hari itu, aku tahu kenapa kafe itu diberi nama Kafe Senja. Kafe Senja, yang hanya ramai tatkala waktu senja. Kursi di pinggir jendela, hanya itu kursi yang tersisa, itu pun tanpa sengaja aku harus berebut paksa dengan seorang wanita. Namanya juga anak muda, tak pernal rela untuk melepasnya karena dia pikir dia yang pertama mendapatkannya. Dan dia pun ternyata berpikiran yang sama, sama ngototnya, sama kerasnya, akhirnya kita pun sepakat berbagi tempat. Aku kursi kiri, kamu kursi kanan. Di depannya tersanding senja yang ternyata begitu indah terlihat dari sana.

Read More

Friday, March 11, 2016

Ah Iya Lupa

Ditatapnya dalam dalam keramaian di dekatnya, tampak begitu semarak dengan berbagai pola yang bercorak, ada yang berdua, ada yang bertiga, ada pula yang beramai-ramai, semuanya terpisah, semuanya terkotak-kotak. Terkotak dalam setiap dialog basa basi sekedar kata sapa seperti biasa. Ah sekiranya semua memang suka basa basi, tapi kenapa dirinya tak bisa? Tak bisa berkata, meski sebatas untuk membalas tiap ucapan yang datang kepadanya.

Ditatapnya keramaian di dekatnya, yang perlahan perlahan semakin ramai. Derai tawa, deru musik, semua berbaur menjadi satu, semakin ramai. Perlahan sesuatu menggetarkannya, tak seperti biasanya dirinya begitu sepi, merasa sunyi, di tengah dunia yang menjadi seperti saat ini. Diam dan diam, hanya itu yang bisa dilakukan ketika berbagai serpihan kata menghantamnya, menyapanya, lalu mengajaknya bicara. Namun tetap saja tak bisa, tak ada yang keluar dari mulutnya, hanya tatapan mata kosong yang menjawabnya seolah berkata “Apa yang kamu katakan? Aku tak mengerti!

Read More

Tuesday, March 8, 2016

Review Film: London Has Fallen

London Has Fallen, merupakan sekuel film sebelumnya yang berjudul Olympus Has Fallen. Dibintangi oleh Gerard Butler (As Mike Banning), Aaron Eckhart (As Benjamin Asher), Morgan Freeman (As Allan Trumbull) dan sebagian besar mengambil tokoh yang sama dengan film Olympus Has Fallen. Bedanya mungkin ada terletak pada musuhnya, kalau film Olympus Has Fallen terorisnya berasal dari Korea Utara, sedangkan London Has Fallen pelaku penyerangan didalangi oleh Alon Aboutboul (As Aamir Barkawi), penjual senjata ilegal dari Timur Tengah.

http://www.movietalkies.com/movies/21911/london-has-fallen

London Has Fallen mengambil latar adegan-adegan penyerangan yang dilakukan oleh para teroris, dan berlatar belakang kota London yang indah. Niscaya keindahan itu akan mengalami kehancuran yang parah. Sangat parah.


Read More

Friday, March 4, 2016

Melatih Diri

Aku sudah disini, di seberang jalan sebelah kiri. Dari jauh, jalanan tampak begitu ramai oleh makhluk berkaki besi. Saling menderu, saling menghentak bagaikan ajang unjuk diri. Membuatku jeri, membuatku enggan untuk melangkahkan kaki. Tengok kanan tengok kiri, hanya itu yang bisa dilakukan olehku saat ini. Menanti sepi, mengharap sunyi.

Aku sudah disini, tepat di samping penjual bakso yang baik hati. Menawarkan kerindangan tendanya, meskipun barang sejenak saja. Aroma kuahnya, aroma isi baksonya sungguh menggugah selera. Ah andai saja ada yang berbaik hati memberi sedikit saja, akan aku simpan untuk bekal di rumah nanti. Ah indahnya mimpi siang ini.

Read More